Jangan Sampai Gadget-mu Gosong di Jepang

Ada satu hal penting tapi sering terlupakan oleh para traveler saat ke Jepang yakni adanya  perbedaan steker dan voltase (tegangan). Hayo ngaku, siapa yang sempat mengalami alat elektronik berasap dan terbakar karena masalah ini?
Jepang sendiri memiliki voltase antara 110-120 V dan di beberapa wilayah lain seperti Osaka menerapkan 100 V. Sementara itu, di Indonesia menerapkan voltase antara 220-240 V. Nah, perbedaan kedua tegangan ini harus disikapi dengan segera, jika tidak gadget kesayanganmu bisa gosong di Jepang.

Jika masalah steker dapat diatasi dengan adanya Universal Travel Adaptor, lalu bagaimana dengan perbedaan voltase ya? Seringkali banyak orang salah kaprah mengartikan bahwa Universal Travel Adaptor juga dapat mengubah voltase. Padahal, Universal Travel Adaptor hanya membantu dalam hal steker (colokan) saja. Sehingga gadget ataupun barang elektronik lainnya dapat dimasukkan ke dalam soket Jepang.

Jadi, saat kamu menggunakan Universal Travel Adaptor untuk mengisi daya ponsel dengan voltase 240 V maka akan terjadi konsleting, karena voltase Jepang adalah 110 V. Bisa saja ponselmu terbakar dan rusak jika tidak hati-hati. Makanya, kita harus memastikan terlebih dahulu voltase dari gadget atau alat elektronik yang akan kita bawa ke Jepang.
Pastikan bawa barang-barang tersebut memiliki ‘dual voltage’ atau dapat dipakai di dua voltase yaitu 110-120 V dan 220-240 V. Sehingga, barang –barang tersebut aman dipakai di Indonesia maupun di Jepang.

 Lalu, Bagaimana Kita Bisa Tahu Gadget Memiliki Dual Voltage atau  Tidak?

Biasanya barang-barang elektronik seperti kamera, laptop, tablet, dan smartphone sudah ‘dual voltage’. Hal ini dikarenakan barang-barang ini menjadi komuditas yang ‘dikonsumsi’ oleh semua negara. Sehingga akan lebih mudah untuk dipakai jika telah disetel dengan ‘dual voltage’.

Cek pada power adaptor barang dan cari tulisan 100/240 V (Volt) atau 110-220 V AC (Volt: alternating current). Jika terdapat tulisan ini, maka barang tersebut memiliki ‘dual voltage’ dan aman untuk digunakan di Jepang. Untuk beberapa barang voltasenya harus dipindahkan secara manual, dan beberapa produk akan ‘switch’ secara otomatis.

Lalu, bagaimana jika hanya tertulis satu voltase saja, misalnya 240 V? Tandanya, barang tersebut merupakan ‘single voltage’ dan hanya dapat dipakai dengan voltase yang sesuai. Barang dengan ‘single voltage’ ini dapat dipakai di negara dengan voltase yang berbeda jika kamu memiliki voltage converter.  So, lebih berhati-hati lagi ya agar gadget atau barang elektronikmu tidak gosong di Jepang. ^^

Comments

Popular posts from this blog

REVIEW Pengalaman dengan agency Overseas Zone di Kelapa gading

Pengalaman dengan WallStreet English di Jakarta (BURUK)

Daftar Airport Lounge Indonesia dan Kartu Kredit